Apa Itu Web and Cloud Development?

Ketika Anda baru memulai sebagai Web Developer, pasti rasanya agak bingung ya, apa sih yang harus dipelajari dan urutan pembelajarannya gimana. Salah satu cara yang baik untuk memulai adalah dengan memahami bagaimana sebuah website itu dibangun dan disampaikan kepada kita. Mari kita ulas dulu dasar-dasar bagaimana kita berinteraksi dengan sebuah website.

Langkah pertama, Anda membuka browser internet—ada banyak pilihan yang bisa dipakai: Google Chrome, Microsoft Edge, Mozilla Firefox, dan Apple Safari, yang beberapa di antaranya paling populer. Di dalam browser itu, ada address bar tempat Anda mengetikkan URL, misalnya seperti www.IBM.com. Browser kemudian akan menghubungi server dengan nama tersebut dan meminta data yang membentuk website tersebut. Server pun akan memberikan respons yang berisi data yang diperlukan oleh klien untuk menampilkan website.

Untuk kebanyakan website, server akan mengirimkan beberapa hal berikut:

  • HTML, yang mendefinisikan struktur halaman, meskipun tampilannya masih belum menarik.
  • CSS, yang memberikan gaya dan penampilan pada halaman.
  • JavaScript, yang menambahkan interaktivitas dan konten dinamis.

Konten yang ditampilkan oleh website bisa mengandung elemen-elemen yang sudah disimpan sebelumnya di server (disebut “statik”) atau yang dibuat setiap kali diminta oleh klien (disebut “dinamis”). Elemen dinamis ini bisa melibatkan informasi yang berasal dari sistem dan aplikasi lain, seperti database. Sebagian besar website memadukan elemen statik dan dinamis untuk memberikan pengalaman pengguna yang terbaik.

Cloud Applications

Aplikasi berbasis cloud mirip dengan website, karena mereka juga meminta konten yang kemudian dikembalikan oleh server. Cloud Apps dirancang agar bekerja mulus dengan infrastruktur back-end berbasis Cloud, penyimpanan data berbasis Cloud, pemrosesan data, dan layanan-layanan Cloud lainnya, sehingga mereka sangat skalabel dan resilien.

Lingkungan untuk membangun website dan Cloud Applications terbagi dalam dua area utama: front-end dan back-end.

  • Front-end berhubungan dengan segala hal yang terjadi di sisi klien—semuanya yang bisa dilihat dan berinteraksi dengan pengguna. Anda bisa memilih untuk fokus di coding front-end, menggunakan HTML, CSS, JavaScript, serta framework, library, dan tools terkait.
  • Back-end berhubungan dengan semua yang terjadi di sisi server sebelum kode dan data dikirimkan ke klien. Coding back-end biasanya menangani logika dan fungsionalitas yang membuat website atau aplikasi itu berfungsi, serta proses autentikasi yang menjaga keamanan data. Developer back-end juga mungkin bekerja dengan database relasional atau noSQL, bahkan berkolaborasi dengan database administrators (DBA) di proyek yang lebih besar.

Full-stack developer memiliki keterampilan dan pengetahuan di kedua lingkungan tersebut, baik di front-end maupun back-end.

Apa pun spesialisasi yang Anda pilih, Anda akan membutuhkan tools yang tepat untuk membantu Anda bekerja. Tools pertama yang umumnya ditambahkan oleh para developer adalah code editor. Developer juga membutuhkan tools untuk mengintegrasikan, membangun, mengompilasi, dan mendebug kode. Integrated Development Environments (IDEs) menggabungkan beberapa kemampuan tambahan selain hanya code editing, yang mempermudah proses pembangunan dan pengelolaan kode. IDE yang baik mendukung berbagai bahasa pemrograman dan terintegrasi dengan tools manajemen dan penyimpanan seperti Git dan GitHub. Fitur lainnya adalah ekstensi dan tema khusus untuk mendukung gaya dan lingkungan kerja Anda.

Beberapa contoh code editors dan IDEs yang banyak dipakai antara lain:

  • Sublime Text
  • Atom
  • Vim
  • VS Code
  • Visual Studio
  • Eclipse
  • NetBeans